Kamis, 27 Agustus 2009

Terror Aksi Bom Pertanggungjawaban di Ujung Perilaku

Oleh,
Drs SAFWAN KHAYAT MHum


Sesungguhnya manusia diciptakan selalu bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kesenangan ia juga keluh kesah lagi amat kikir. Kecuali orang yang selalu menundukkan diri dengan kerendahan dihadapan Tuhannya. (QS. Al Ma’arij 19 – 22)


Ilusi, obsesi dan ambisi pasti ada dalam setiap diri manusia. Cita-cita, pesimisme dan optimisme selalu naik turun di setiap tarikan nafas jiwa. Terkadang berhasil, tapi tak jarang menemukan kegagalan. Ada yang ditimpa kesusahan, tak sedikit pula merasakan kesenangan. Ada pula yang merasakan limpahan harta, jabatan dan kemuliaan, cukup banyak pula umat manusia yang merasakan kekurangan, penderitaan dan hinaan.
Banyak pula yang tertawa, tapi dibalik itu tak kurang sedikit yang menangis durja. Kegembiraan menyambut kemenangan, kesedihan membungkus kekalahan. Senyuman menghias wajah keramahan, beringas membentuk watak kemarahan. Pujian atas sikap kesabaran, hukuman setimpal jatuh bagi kesadisan. Hidup mesti dipertangggung jawabkan, mati media awal dimulainya pertanggungjawaban. Iman hari penghisaban, ingkar pasti mendapat setimpal balasan. Begitulah hidup manusia dengan ragam persoalan silih berganti.
Manusia diberi kesusahan, ia berkeluh kesah. Naifnya, tatkala ia diberi kesenangan, juga keluh kesah dan cendrung kikir. Gambaran ini persis dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya seperti awal di atas tulisan ini. Luapan kegembiraan nyata terlihat bila sekelompok manusia merasakan sesuatu hal meraih kesempatan, keberhasilan atau kemenangan. Refleksi kekecewaan tak jarang terungkap dengan aksi tindakan yang merusak diri dan orang lain.
Gambaran silang kehidupan manusia bukanlah sepenuhnya takdir, tapi terkadang perilaku itu tak jarang pula dipolitisir. Sikap keluh-kesah merupakan sikap egoistis manusia yang lebih peka mementingkan diri sendiri. Kesabaran bisa berdampak pada diri dan sekitarnya, kemarahan juga membawa efek negatif bagi diri dan sekitarnya pula. Kepuasan dinilai wajar bila prestasi berhasil digapai, ketidakpuasan sering terungkap dengan perilaku yang arogan, brutal, sadis dan anarkis yang berbau ketidak prikemanusiaan.
Dalam berbagai realitas sosial, ungkapan ketidakpuasan acapkali tampil dengan adegan berlawanan (antagonis). Tidak saja dalam bentuk merusak, tapi dapat berlanjut pada upaya terencana untuk membunuh. Naifnya, ketidakpuasan yang berbuntut kemarahan kerap pula merugikan orang lain yang sama sekali tidak mengerti, tidak bersalah atau tidak ada kaitannya dengan rasa ketidakpuasan itu. Berbagai cara dilakukan demi memenuhi hasrat kebusukan dari rasa ketidakpuasan tadi.
Misalnya saja aksi terror yang berujung dengan munculnya peristiwa bom yang terjadi pada beberapa kejadian di negara belahan dunia khususnya Indonesia . Aksi terror ini adalah ungkap ketidakpuasan yang diluapkan dengan tindakan busuk, tidak berkemanusiaan, egoistik dan tidak berjiwa besar. Aksi terror dengan merusak dan menghilangkan nyawa orang adalah refleksi cermin seperti yang disampaikan Tuhan dalam firman-Nya di awal tulisan ini. Sikap keluh-kesah lagi kikir merupakan tampilan nyata bagi orang-orang yang jauh dari nilai kemanusiaan dan keberTuhanan.
Sebagai warga yang tinggal dalam sebuah negara, perilaku menyimpang pasti mendapat hukuman setimpal. Tetapi sadarlah, sebagai umat manusia yang tinggal di bumi ini, Tuhan tak pernah luput merekam segala perbuatan yang melawan hukum ketentuan-Nya. Bisa jadi harta, jaringan dan jabatan dapat menyelamatkan seseorang lepas dari jeratan hukum negara (dunia). Tetapi jeratan hukum Tuhan tak mengenal kompromi terhadap harta, jaringan dan jabatan.
Keuangan, kekuatan dan kekuasaan tak berlangsung lama sepanjang semua itu masih bertahan dalam lingkaran kemampuan di dunia. Manakala kisah kehidupan manusia harus berakhir di ujung kematian, maka kisah itu diperhitungkan menurut kadar baik-buruknya. Perilaku terror dengan pengeboman pasti berujung pada bentuk pertanggungjawaban secara dunia dan akhirat. Bisa jadi pelaku jaringan aksi terror berpesta foya dengan peristiwa ini, tetapi ribuan orang berakhir hidupnya dengan menggenaskan. Jutaan manusia hidup dalam ketakutan karena ancaman terror berakhir entah sampai kapan.
Agama mengajarkan merusak, menganiaya dan membunuh adalah perbuatan zalim di mata Tuhan. Tak ada ajaran apapun yang membenarkan perbuatan sadis dan anarkis. Mari kita pahami bahwa hidup di bumi Tuhan ini bukan kita sendiri. Ada orang lain yang kita sayangi dan cintai. Ada keluarga kita, saudara, dan jutaan karib kerabat. Bisa jadi pula mereka menjadi korban atau ancaman mendatang dari perilaku terror itu sendiri. Jangan pernah berfikir bahwa perbuatan terror adalah awal kemenangan. Bukan, sekali bukan sebab cara itu perbuatan yang salah. Tetapi ingatlah, terro aksi bom akan dipertanggungjawabkan di ujung perilaku. Baik di mata manusia (dunia), maupun di mata Tuhan (akhirat). Semoga kita terlindung dari kemurkaan Tuhan. Naudzu billahi min dzalik…!!

*Penulis*, Alumnus SMA Negeri 1 Medan, Alumnus dan Dosen UMA, Alumnus Pasca Sarjana USU Medan. Website: http://safwankhayat.blogspot.com. Email: safwankhayat@yahoo.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar