Kamis, 27 Agustus 2009

Kembalikan Sungai Deli Ku !

Oleh:
Drs SAFWAN KHAYAT M.Hum


Di tengah malam yang hening, sepi, dingin ber-embun, nyaris tanpa suara hingar bingar hilir mudiknya orang-orang dan kenderaan. Tak ada langkah, tak ada kata, yang ada hanyalah dengusan nafas lelapnya tidur warga setelah lalui deru dinamika kehidupan kota Medan . Tetapi di malam itu, si ibu yang tua renta telah sujud kusyuk menghambakan dirinya kepada Ilahi. Masih terlihat butir-butir air wudhuk yang membasahi wajahnya. Dengan harap cemas, si ibu menengadahkan tangannya untuk memohon keampunan dan ridho Ilahi. Satu kalimat si ibu sisipkan dalam doanya ; “Ya Tuhan, beri aku kemudahan membimbing anak-anak ku, dan beri aku kemurahan rezeki agar aku dapat menafkahi anak-anak ku”.
Begitulah bertahun-tahun si ibu bermunajat di tengah malam gelap gulita. Sebab, bertahun-tahun pula ia menjanda, di tinggal suami tercinta yang telah diberpulang ke pangkuan Ilahi. Ia bina keluarga dengan caranya sendiri, dan ia nafkahi keluarga dengan tangannya sendiri. Di depan pusara yang berdiri bisu di atas maqam almarhum suaminya, ibu berjanji akan melanjutkan cita-cita almarhum terhadap ke-tujuh anaknya.
Biarlah si ibu tak makan, asalkan anak-anaknya makan. Biarlah air mata ini kering, demi kebahagiaan anak-anaknya. Si ibu tak ingin anak-anaknya malu hanya karena keterbatasan dirinya. Dorongan itulah yang sering melintas dibenaknya.
Tubuhnya yang renta masih tersimpan sisa-sisa tenaga. Kulitnya yang keriput masih tersingkap cahaya kecantikan wajahnya. Tangannya yang mulai gemetaran, tak mengurangi sentuhan tangan belaian kasih sayangnya. Semua itu bagaikan butiran kaca kristal yang tak pernah pudar walau diterpa panas dan hujan. Syukurlah, jerih payah si ibu mampu menamatkan sekolah anak-anaknya, bahkan hingga keperguruan tinggi. Sungguh mulia hati si ibu.
Suatu ketika si ibu bercerita pada anaknya tentang kenangan dengan almarhum suaminya (ayah dari ke-tujuh anaknya). Betapa ia mencintai dan menghormati suaminya. Dengan penuh tanggungjawab, suami memanjakannya. Bukan saja urusan nafkah lahir bathin, tetapi juga sampai urusan mencuci.
Di belakang rumahnya, aliran sungai Deli terasa sejuk membasahi pori-pori bumi. Di sungai itulah penuh kenangan indah. Warga kota Medan kebanyakan memanfaatkan sungai Deli salah satu sumber kehidupan. Di mulai dari mencuci pakaian, membersihkan perabotan rumah tangga dan mandi. Ada pula memanfaatkan sungai Deli sebagai sumber nafkah lahan pekerjaan seperti menjala ikan dan menggali pasir yang tersimpan di dasar sungai. Di sekitar sungai Deli tumbuh subur rimbunnya tanaman pohon pisang, lalang dan jenis tumbuhan lainnya memberi manfaat bagi warga sekitar.
Fungsi lainnya, sungai deli juga selalu dijadikan lokasi bermain, rekreasi dan hiburan. Berbagai acara hari khusus, selalu memanfaatkan sungai deli dengan beragam perlombaan. Di mulai dari lomba renang, lomba memancing ikan, lomba kayuh sampan, lomba rakit dari batang pisang,bermain bola pasir dan lainnya.
Bagi anak-anak dan remaja, sering memanfaatkan sungai Deli sambil mandi beranyut bersama-sama dengan menggunakan sebuah ban dalam mobil atau batang pohon pisang yang dijadikan rakit. Tak heran pula, ada sekumpulan anak-anak dan remaja meloncat dari lokasi yang tinggi, terjun bebas hingga menembus aliran sungai yang bersahabat. Tak terlintas bahaya mengintai, sebab tak sedikit pula menelan korban jiwa, tetapi semuanya larut dalam kegembiraan bersahabat dengan sungai Deli.
Si ibu tak mampu menutupi kesedihan ketika beliau menyinggung kenangan bersama almarhum suaminya. Sesekali tersenyum walau butiran air matanya menetes tanpa disadari. Sungai Deli adalah kenangan terindah baginya. Mereka lalui bersama menjalani hidup tanpa melupakan jasa sungai Deli. Bersama suaminya, si ibu mencuci pakaian sambil melihat anak-anaknya mandi kegirangan. Sesekali pula, si ibu menyapa anaknya dengan lembut ; “mandinya jangan jauh dari ibu, jangan mandi ke tengah ya nak ?” Tapi si anak dasar nakal, terus asyik mandi sambil bermain siram-siraman air.
Tak jauh dari si ibu, beberapa orang pemuda asyik ngobrol sesama mereka. Entah apa yang mereka ceritakan, si ibu dan suaminya tak peduli yang terus asyik dengan cuciannya. Sesekali ibu melirik pemuda itu, mereka sambil ngobrol asyik tertawa. Mungkin mereka bercerita tentang acara lawakan di televisi tadi malam ? Atau bisa jadi mereka menceritakan dirinya dan suami sedang mencuci ? Mereka anggap kami ini aneh atau entah apalah dibenak mereka ? sangka bathin si ibu.
Tak disadarinya, suaminya juga ikut tersenyum tatkala orang-orang itu tertawa. Si ibu menghampiri suaminya ; “koq mereka tertawa, bapak ikut senyum sendiri ? Ada apa ? tanya ibu. “Enggak ada apa-apa? Jawab suaminya tersipu-sipu. “Lho, enggak ada apa-apa koq senyum sendiri ? paksa ibu. Setelah suaminya menjelaskan, si ibu pun ikut tersenyum. Ternyata pemuda-pemuda itu saling bercerita kisah mereka yang di labrak pacarnya karena ketahuan selingkuh. Akhirnya mereka diputusin pacarnya. Dasar anak muda zaman sekarang, celoteh si ibu.
Sungai Deli, adalah salah satu nama diantara delapan sungai yang mengelilingi kota Medan . Diantara nama-nama sungai yang ada yakni Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Sikambing, Sungai Denai, Sungai Putih, Sungai Badra, Sungai Belawan dan Sungai Sulang-Saling/Sungai Kera.
Kini nasib sungai Deli dan sungai lainnya tinggal kenangan. Debit air kecil dan keruh, sampah menumpuk dan aroma air sudah tak sehat. Di dasar sungai penuh lumpur dan ikan-ikan nyaris tak ada lagi. Tak ada lagi cerita dan tak ada kisah, kini sungai Deli sudah ditinggalkan.
Dulu, di sungai Deli ini pula, suaminya pernah menyatakan cinta. Sungai Deli menjadi saksi bisu menyatunya hati dua insan yang berbeda. Sungai Deli menyatukan silaturahhim bagi kaum hawa. Sambil mencuci, tak terasa obrolan cukup panjang. Walau tak sadar, terkadang gossip juga ada di sungai Deli.
Begitulah si ibu bercerita nostalgia dengan suaminya tentang sungai Deli. Sungai Deli menyimpan berjuta kenangan, bukan saja dirinya, tapi juga orang lain. Si ibu menutup kisahnya dengan ucapan kata; “suami ku tak mungkin kembali bersama kisah cintanya, tetapi kembalikan sungai Deli ku, agar kisah ku terulang bagi yang lain”. Ya, kembalikan sungai Deli ku, harap si ibu.

*Penulis,
Alumnus SMA Negeri 1 Medan, Alumnus dan Dosen UMA, Alumnus Pasca Sarjana USU Medan. Website; http;//safwankhayat.blogspot.com. Email; safwankhayat@yahoo.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar